Seperti Shinrin-yoku di Jepang, di Jerman ada Waldeinsamkeit
Daftar Isi
- 1 Seperti Shinrin-yoku di Jepang, di Jerman ada Waldeinsamkeit
- 2 Waldeinsamkeit ; menyendiri di hutan memiliki kemiripan dengan forest bathing
- 3 Forest Healing ; Hutan sebagai penyembuh
- 4 Forest bathing, shinrin-yoku, salim yook atau waldeinsamkeit; banyak tradisi kuno diberbagai belahan negara yang memiliki kemiripan, perbedaannya hanya pada bahasa
Seperti halnya shinrin-yoku atau mandi hutan / forest Bathing yang menjadikan hutan sebagai penyembuh kesehatan fisiologi maupun psikologi (healing forest). Di Jerman terdapat tradisi kuno bernama “Waldeinsamkeit((Waldeinsamkeit [vahyd-ahyn-zahm-kahyt]; Waldeinsamkeit is a German word that refers to the feeling one has while being alone in the woods, usually a sublime or spiritual one; dictionary.com))” yang dapat dimaknakan sebagai sebuah perasaan yang tercerahkan sepulang dari menyendiri di dalam hutan.
Perilaku pergi ke hutan bagi masyarakat Jerman merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dan telah menjadi tradisi sejak jaman dahulu kala, bahkan sejak Kekaisaran Romawi. Saat ini di Jerman, adanya kebangkitan kembali dalam memperlakukan hutan sebagai atribut spiritual dengan mengembalikan nuansa spiritualnya hutan. Dan, semangat waldeinsamkeit sebagai filosofi semakin hidup dalam masyarakat Jerman, karena pergi ke hutan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari bagi orang Jerman.
Waldeinsamkeit ; menyendiri di hutan memiliki kemiripan dengan forest bathing
Forest Bathing – Sesekali disana, bawah temaran sinar bulan dan balik pepohonan hutan Black Forest, ditemukan ada seseorang yang bertelanjang, dengan tak sehelaipun benang menutupi tubuhnya, dia yang bertelanjang sedang membangun hubungan cinta. Dan, terkadang mereka melakukannya di belantara di tengah kota Berlin dan Munich, dibalik pepohonan hutan Black Forest, dan dimanapun hutannya mereka asik meng-eksplorasi-kan hubungan cinta dan menikmati cintanya.
Ini bukanlah cerita tentang sebuah kehidupan percintaan (seks) orang-orang ras Aria yang menetap di Jerman atau suku lainnya dari bangsa Eropa. Mereka sedang meng-eksplorasi-kan hubungan cinta dengan “menyendiri didalam hutan”. Dalam tradisi kuno masyarakat Jerman, istilahnya adalah “waldeinsamkeit“. Ini adalah eksplorasi hubungan cinta yang sebagian banyak orang tidak mengetahuinya.
Dalam bahasa Jerman, banyak kosa kata yang sangat menggugah, ekspresif, sebagiannya ekspresi deskriptif yang melankolis dan tidak banyak yang memahami kedalaman makna atas kata jika kosa kata-nya secara langsung diterjemahkan pada bahasa asing (non Jerman), semisal kata wanderlust berarti “keinginan untuk bepergian”, heimat adalah ikatan emosional dengan tanah air” ada juga fernweh yang berarti “kerinduan akan tempat yang jauh”. Dan jika anda mengetikan kata “waldeinsamkeit” dalam google translate maka akan ditemukan terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah “kesunyian hutan”, hal ini bisa berarti “kesunyian di hutan” atau “hutan yang sunyi”. Hasil terjemahan “waldeinsamkeit” dalam google translate tidak mampu menjelaskan makna atas kata “waldeinsamkeit”.
Waldeinsamkeit adalah gabungan dari dua suku kata yaitu “wald” yang berarti hutan dan “einsamkeit” berarti “kesepian”, namun waldeinsamkeit tidak dapat dimaknakan sebagai hutan kesepian, kata “waldeinsamkeit” mewakili jiwa masyarakat Jerman yang lebih dalam atas hutan dan tradisinya. Secara Istilah “waldeinsamkeit” dapat dimaknakan sebagai sebuah perasaan yang tercerahkan ketika sepulang dari menyendiri di dalam hutan. Dan belakang ini, semangat waldeinsamkeit sebagai filosofi semakin hidup di German, hal ini dampak dari politik pandemi Covid-19 dengan pemberlakuan lockdown nasional dan lokal di German.
Germans have a wonderfully evocative dictionary of words with no direct English equivalent
Seiring banyaknya waktu luang dan dengan fleksibilitas yang tinggi serta tekanan yang diterima seseorang ketika selalu berada didalam rumah akibat dampak pandemi covid-19. Orang-orang Jerman semakin banyak mencari ketenangan dengan menikmati udara segar dan kesendirian di dalam hutan, layaknya seperti seorang pertapa. Ada kerinduan yang nyata untuk dapat mengalami dan merasakan kehidupan sesungguhnya sebelum adanya pandemi. Dan dari pengamatan, di hutan-hutan cemara, hutan nasional dan hutan perbatasan antara negara, setiap harinya semakin banyak dikunjungi dan lebih ramai daripada hari-hari sebelumnya.
Hasil penelitian yang diterbitkan pada musim panas tahun 2020 oleh European Forest Institute di Bonn, dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa area di dalam hutan pantauan yaitu Rhine-Westphalia Utara, selama lockdown pertama berlangsung dan kedua mengalami ledakan pengunjung, dan hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ledakan ini terjadi karena banyak orang yang melakukan rekreasi di hutan dua kali lebih banyak daripada masa sebelum terjadinya politik pandemi covid-19. Pada penelitian lainnya, ledakan kunjungan ke hutan-hutan terjadi akibat adanya kebangkitan masyarakat Jerman dalam memperlakukan hutan sebagai atribut spiritual atau mengembalikan nuansa spiritualnya hutan.
Pergi ke hutan (Konsep) bagi masyarakat Jerman merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dan telah menjadi tradisi sejak jaman dahulu kala, bahkan sejak kekaisaran Romawi, hal ini tergambar dari banyaknya pepohonan dan kawasan hutan di negara Jerman. Luas area yang ditutupi tumbuhan dan pepohonan diperkirakan lebih dari 100.000 km persegi, setengahnya adalah milik negara. Berarti, dari keseluruhan luas dataran Jerman, sebanyak 33% adalah hutan yang tumbuhi oleh 90 miliar pohon, 76 spesies pohon, dan sekitar 1.215 spesies tumbuhan.
Berabad-abad lamanya, waldeinsamkeit telah berkembang menjadi simbol identitas Jerman yang nyata, dari Johann Wolfgang von Goethe, Herman Hesse, Martin Heidegger dan Adolf Hitler hingga tokoh-tokoh terkenal German melakukan praktik menyendiri di hutan sebagai obat untuk stres. “Waldeinsamkeit” memiliki pengaruh yang terlihat di seluruh budaya dan sejarah Jerman walaupun istilah itu mungkin tidak disukai, tetapi hal itu (Waldeinsamkeit) memberikan gambaran yang sangat romantis tentang negara, menurut Austen Hinkley, serang kandidat doktor di Departemen Sastra Perbandingan Princeton. Sumber : Waldeinsamkeit; Germany’s cherished forest tradition
Forest Healing ; Hutan sebagai penyembuh
Forest Medicine banyak mempelajari dampak aktivitas shinrin-yoku atau forest bathing terhadap kesehatan manusia, Forest Medicine ini merupakan cabang ilmu pengetahuan dengan pendekatan serta pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu yang serumpun, relevan dan tepat guna (new interdisciplinary science).
Forest Bacthing termasuk dalam kategori pengobatan alternatif (alternative medicine), pengobatan lingkungan (environmental medicine) dan pencegahan (preventive medicine). Forest Medicine merupakan pencegahan berbasis bukti. Forest Medicine dikembangkan dari shinrin-yoku dan terapi hutan (forest therapy). hal ini merupakan praktik penyembuhan berbasis penelitian melalui perendaman pada lingkungan hutan dengan tujuan untuk kesehatan mental dan fisik serta meningkatkan pencegahan penyakit sekaligus dalam rangka menikmati dan menghargai hutan. Terapi hutan (Forest therapy) didefinisikan sebagai efek dari shinrin-yoku yang terbukti benar dampaknya. Baca selanjutnya di Apakah hutan itu adalah obat ?.
Dalam tradisi dan kebudayaan di banyak negara, sebagian besar tanaman obat didapatkan dari hutan, dan hutan merupakan sumber obat sekaligus sebagai penyembuh. Selain sebagai penyembuh yang didapatkan dari tanaman obat yang tumbuh di dalam hutan yang memiliki khasiat kesehatan, Hutan sebagai penyembuh, hal itu terjadi dikarenakan hutan dan lingkungan pembentuknya dapat merangsang pikiran manusia untuk meningkatkan dan atau memulihkan kesehatan fisiologi maupun psikologi dengan menfungsikan kelima indera manusia secara mendalam dan fokus (mindfully).
Forest bathing, shinrin-yoku, salim yook atau waldeinsamkeit; banyak tradisi kuno diberbagai belahan negara yang memiliki kemiripan, perbedaannya hanya pada bahasa
Sama hal nya dengan bahasa Cina Tengah 森林 (ʂim-lim, “hutan”) + 浴 (jowk, “mandi”) yang berarti mandi hutan, dalam padanan bahasa Jepangnya yaitu 森林浴 (shinrin-yoku), shinrin artinya hutan (forest) dan yoku berbarti mandi (bath), atau dalam padanan dan dalam bahasa Korea dikenal istilah “Salim Yook”. Di Jerman dikenal dengan istilah Waldeinsamkeit yang merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu “wald” yang berarti hutan dan “einsamkeit” berarti “kesepian”, hal ini dapat dimaknakan sebagai sebuah perasaan yang tercerahkan ketika sepulang dari menyendiri di dalam hutan. Secara filosopis dan konsep, terdapat kesamaan dalam memandang hutan sebagai penyembuh oleh berbagai negara dan tradisi yang berkembang di dunia.
This entry was tagged in healing forest and forest healing, terapi hutan, forest therapy, forest bathing, shinrin-yoku, healing forest di indonesia, terapi hutan di indonesia, forest bathing di indonesia, hutan sebagai penyembuh, forest diges, healing in nature, nature healing, wisata healing, bogor healing forest, highland forest bathing